By Shisumi Shimizu and Marsigit
Reviewed by Nafian Nurul Aziz (09301249005)
Perkembangan kognitif siswa dapat diamati melalui interaksi siswa dengan benda-benda atau orang-orang di sekitarnya. Interaksi itu dapat berupa melihat, memegang, mendengar, berbicara bahkan dapat menghafalkan, mengkategorikan, dan menyusun rencana kegiatan. Perkembangan kognitif ini juga dipengaruhi oleh interaksi mereka dengan orang-orang dewasa, sehingga orang-orang dewasa dapat berpartisipasi dengan kegiatan mereka atau mendukungnya.
Diskusi kelompok dapat dianggap sebagai salah satu konsep belajar untuk mendorong anak agar mengkomunikasikan konsep mereka kepada orang lain dengan baik sesuai apa yang diberikan oleh guru. Diskusi kelompok menawarkan konteks yang menarik di mana untuk mengeksplorasi partisipasi anak berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan tugas guru adalah memfasilitasi siswa. Dan diskusi kelompok kecil, dapat dianggap sebagai seperangkat kegiatan budaya yang dilakukan oleh guru untuk mendorong siswa untuk mengkomunikasikan konsep mereka kepada orang lain.
Dampak metode ini, anak tidak hanya melakukan kegiatan yang hanya di bawah bimbingan guru saja, akan tetapi mereka mampu mengembangkan kegiatan mereka berdasarkan pengaruh arah dan focus kegiatan sendiri. Berdasarkan hal tersebut, anak akan berfikir dengan jalannya sendiri tentang kegiatannya. Dimulai melakukan percakapan terhadap temannya maka timbulah berbagai interaksi dalam kegiatan tersebut.
Dalam penelitian, pengertian analisis teoritis dimulai dari kegiatan teori, konstruktif dan konsep partisipasi terbimbing. Dan kerangka teoritis menunjukkan bahwa guru menekankan tujuannya dan mengarahkan siswa ke arah itu. Dalam pengaturan diskusi kelompok, pengembangan kegiatan terlihat baik secara implisit dan eksplisit, juga ada indikasi bahwa ada kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan pemahaman mereka.