Orang
Indonesia termasuk orang timur yang menganut agama. Agama sebagai tuntunan atau
pegangan untuk mengatur hidup manusia. Beruntung kita sebagai orang yang
menganut agama islam karena hidup kita diatur dengan sebaik-baiknya. Dimulai
dari kita jalan menghormati pejalan yang lain dengan berjalan di sebelah kiri
dan masih banyak lagi aturan yang membuat kita menjadi lebih baik. Kita sebagai
orang yang beriman harus mengikuti aturan atau tata cara tersebut. Dengan
begitu kita sudah berfilsafat dengan menjadi orang yang beradab. Karena orang
yang beradab adalah orang yang mengikuti aturan atau tata cara.
Kendala
orang yang berfilsafat adalah keadaan. Keadaan merupakan potensi dan fakta yang
kita jalani. Fakta yang kita jalani ada yang menyenangkan dan mengecewakan.
Ketika manusia dalam menjalani hidup mendapatkan kesenangan seakan-akan lupa
dengan yang lain. Setelah manusia membutuhkan orang lain baru mencari dan
mengejar-ngejarnya. Orang yang berfilsafat seharusnya menjaga komunikasi dengan
sesamanya. Situasi dan keadaan membutuhkan peralatan untuk mencapai sesuatu.
Demikian juga kita sebagai mahasiswa seharusnya bisa menjaga komunikasi dengan
teman, dosen dan mengikuti aturan yang ada di kampus.
Karakter
filsafat merupakan puncak berfikir. Dengan keadaan apapun pikiran akan
megendalikan tingkah laku. Keadaan tubuh kita semua berfilsafat. Tangan
berfilsafat, mata berfilsafat, kaki berfilsafat, hati juga berfilsafat. Semua
mengikuti aturan dari hati. Jika hati itu bersih maka yang digerakkan semua
menuju kebaikan tetapi jika hati itu kotor maka semua yang digerakkan menuju ke
kejahatan. Tetapi pikiran yang akan mengendalikannya. Maka berfikirlah yang
positif karena apa yang dipikirkan merupakan doa yang tak terucap.
Berfilsafat
mempunyai dua bekal yaitu berfikir dengan logika, rasional dan mempunyai
pengalaman hidup. Sampai umur sekarang kita sudah banyak mendapatkan pengalaman
dengan merasakan kehidupan sehari-hari. Coba Kita lihat kehidupan semut, dalam
kehidupan semut apakah sama dengan yang kita jalani? Semut tidak pernah
mengeluh dengan keadaan, Tidak terlihat adanya air mata semut, dan tidak
terdengar jeritan semut. Suatu hari raja semut memerintahkan rakyatya untuk
membangun kerajaan. Rakyat semut mematuhi perintah raja semut dengan
berbondong-bondong, kerja keras, gotong royong membangun kerajaan. Tanpa
mengharapkan imbal jasa dari sang raja, rakyat semut ikhlas bekerja siang malam
dengan bercucuran keringat demi kemakmuran kerajaan semut dan mempertahankan
dari serangan belalang. Setelah berhari-hari kerja keras akhirnya kerajaan
semut jadi. Sang raja kemudian mengumpulkan rakyatnya untuk merayakan kerajaan
yang sudah dibangun rakyat-rakyatnya. Raja semut senang demikian juga rakyatnya
ikut menikmatinya. Raja semut berterima kasih kepada rakyatnya karena dengan
kerja keras, gotong royong dan bekerja dengan hati ikhlas kerajaan semut bisa
dinikmatinya. Semut juga berfilsafat dengan mematuhi aturan dari atasannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar