Kamis, 17 Januari 2013

Keyakinan dan Pemikiran Nafian Nurul Aziz (09301249005)



Manusia diciptakan sebagai makhluk yang sempurna dibanding dengan makhluk yang lain, kesempurnaan manusia yaitu diberi kelebihan dari Alloh berupa akal pikiran. Dikaruniai pikiran sebagai kuasa Alloh terhadap makhluknya. Dengan pikiran tersebut supaya manusia semakin sempurna juga dalam beribadah dan menyembah Alloh. Manusia bisa melihat Alloh dengan sifat-sifatNya, manusia bisa merasakan adanya Alloh dengan keagunganNya,  manusia melihat adanya Alloh dengan adanya dzat-dzatNya, dan manusia bisa meyakini adanya Alloh dengan keyakinan dalam hati yaitu berupa keimanan.
Alloh menciptakan manusia dengan segala kesempurnaan. Diambilnya dari sari-sari tanah, dengan proses yang sangat lama. Dan manusia yang diciptakan pertama kali adalah nabi Adam as sebagai pemimpin yang pertama kali di muka bumi. Proses penciptaan manusia tersebut sudah dijelaskan dalam Al Qur’an. adanya penciptaan manusia yang sudah dijelaskan dalam Al Qur’an merupakan sesuatu keyakinan dari hati yang berupa keimanan. Keyakinan manusia terhadap Alloh tidak bisa diperdebatkan maupun dibatasi oleh sesuatu.
Jika sekarang ada teori yang mengatakan bahwa manusia merupakan evolusi dari seekor kera. Teori tersebut hanya sebatas pemikiran manusia yang mengamati seekor kera. Teori tersebut dapat diperdebatkan dan ada batasanya. Sesuatu hasil pemikiran manusia tidak bisa kekal. Teori evolusi tersebut hasil pemikiran orang-orang barat sebagai bentuk penentangan terhadap Alloh. Adanya teori tersebut sebagai motivasi untuk melemahkan hati dan keimanan orang islam.
Hati itu putih, hati itu suci, hati itu damai, karena hati itu keimanan. Pikiran itu apa adanya, panikiran itu yang terjadi, pikiran itu logis. Hati tanpa ada pikiran maka tidak berkembang. Pikiran tanpa hati bisa menjerumuskan. Maka kendalikan pikiran dengan hati dan jangan kendalikan hati dengan pikiran.
Pertanyaan:
1.      Apakah derajad manusia bisa di ukur dengan filsafat?
2.      Apa dengan melihat tingkah laku, sifat, dan kebiasaan orang lain bisa menemukan filsafat pada diri sendiri?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar