Kamis, 17 Januari 2013

Hakekat Manusia Nafian Nurul aziz (09301249005)



Belajar fisafat memang tidak mudah. Tidak langsung memahami apa itu filsafat. Selain banyak manfaat tetapi ada jebakan juga dalam berfilsafat. Maka kita harus berhati-hati dalam menggunakan filsafat dan tidak semua orang bisa menerima filsafat dari kita. Misalnya anak kecil diajak berfilsafat maka tidak nyambung karena anak kecil tidak bisa menerima apa yang kita sampaikan. Kerena filsafat merupakan olah pikir menjadi bermacam-macam dimensi. Bisa dinaikkan dan bisa diturunkan sesuai dengan keadaan.
Manfaat dari berfilsafat bisa mengerti akan adanya Ada dan yang Mungkin Ada. Seperti para spiritual memandang hiruk pikuknya jalan raya. Para spiritual mengatakan manusia dijalan raya tersebut kelihatan seperti mayat-mayat yang berjalan karena manusia tersebut tidak mengingat Tuhan dengan berdzikir maupun berdoa. Mereka hanya lewat sekedar lewat saja yang menjadi rutinitas. Itu pandangan dari spiritual melihat hiruk pikuknya manusia. Dan ada philosof juga melihat hiruk pikuknya jalan raya. Philosof kemudian berkomentar dengan mengatakan manusia yang dijalan raya tersebut kelihatan seperti mayat-mayat yang berjalan. Tetapi itu merupakan perkataan dari spiritual? Kemudian philosof menjelaskan itu pandanganku, karena manusia dijalan raya tersebut hanya sebagai rutinitas setiap hari yang tidak berpikir. Jika manusia berpikir seharusnya mereka tidak berada di titik kemacetan itu. Bisa disimpulkan dari sang spiritual dan philosof tersebut bahwa manusia biar menjadi manusia yang hidup bukan seperti mayat seharusnya dalam menjalani hidup didunia ini tidak hanya menjadi rutinitas seharian saja tetapi selalu mengingat Tuhan dengan berdo’a, bershalawat dan berdzikir dalam hati serta bisa menggunakan pikiran setiap saat.
Dalam berfilsafat melihat yang Ada sebatas apa yang kita pikirkan, apa yang kita dengar, apa yang kita rasakan,  sedangkan apa yang ada dipikiran merupakan ilmu. Dan untuk melihat yang mungkin ada butuh ruang dan waktu. Yang Ada sekarang merupakan fakta dan yang mungkin ada merupakan potensi. Potensi dan fakta tidak sama. Potensi merupakan yang mungkin Ada dan untuk mencapai potensi tersebut menggunakan ilmu. Sedangkan potensi itu ada sampai akhir hidup kita. Jadi yang bisa menyimpulkan potensi kita adalah orang lain setelah kita meninggal. Oleh karena itu mencari ilmu tidak ada batasannya sampai SMP, SMA, atau sampai perguruan tinggi. Mencari ilmu itu harus terus berjalan tidak ada batasan sampai kita di liang kubur.
Pertanyaan:
1.      Hidup adalah kontradiksi. Bagaimana cara kita agar kontradiksi itu membuat kita tetap bersyukur?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar