Belajar
fisafat memang tidak mudah. Tidak langsung memahami apa itu filsafat. Selain
banyak manfaat tetapi ada jebakan juga dalam berfilsafat. Maka kita harus
berhati-hati dalam menggunakan filsafat dan tidak semua orang bisa menerima
filsafat dari kita. Misalnya anak kecil diajak berfilsafat maka tidak nyambung
karena anak kecil tidak bisa menerima apa yang kita sampaikan. Kerena filsafat
merupakan olah pikir menjadi bermacam-macam dimensi. Bisa dinaikkan dan bisa
diturunkan sesuai dengan keadaan.
Manfaat
dari berfilsafat bisa mengerti akan adanya Ada dan yang Mungkin Ada. Seperti
para spiritual memandang hiruk pikuknya jalan raya. Para spiritual mengatakan
manusia dijalan raya tersebut kelihatan seperti mayat-mayat yang berjalan
karena manusia tersebut tidak mengingat Tuhan dengan berdzikir maupun berdoa.
Mereka hanya lewat sekedar lewat saja yang menjadi rutinitas. Itu pandangan
dari spiritual melihat hiruk pikuknya manusia. Dan ada philosof juga melihat hiruk
pikuknya jalan raya. Philosof kemudian berkomentar dengan mengatakan manusia
yang dijalan raya tersebut kelihatan seperti mayat-mayat yang berjalan. Tetapi
itu merupakan perkataan dari spiritual? Kemudian philosof menjelaskan itu
pandanganku, karena manusia dijalan raya tersebut hanya sebagai rutinitas
setiap hari yang tidak berpikir. Jika manusia berpikir seharusnya mereka tidak
berada di titik kemacetan itu. Bisa disimpulkan dari sang spiritual dan
philosof tersebut bahwa manusia biar menjadi manusia yang hidup bukan seperti
mayat seharusnya dalam menjalani hidup didunia ini tidak hanya menjadi
rutinitas seharian saja tetapi selalu mengingat Tuhan dengan berdo’a,
bershalawat dan berdzikir dalam hati serta bisa menggunakan pikiran setiap
saat.
Dalam
berfilsafat melihat yang Ada sebatas apa yang kita pikirkan, apa yang kita
dengar, apa yang kita rasakan, sedangkan
apa yang ada dipikiran merupakan ilmu. Dan untuk melihat yang mungkin ada butuh
ruang dan waktu. Yang Ada sekarang merupakan fakta dan yang mungkin ada
merupakan potensi. Potensi dan fakta tidak sama. Potensi merupakan yang mungkin
Ada dan untuk mencapai potensi tersebut menggunakan ilmu. Sedangkan potensi itu
ada sampai akhir hidup kita. Jadi yang bisa menyimpulkan potensi kita adalah
orang lain setelah kita meninggal. Oleh karena itu mencari ilmu tidak ada
batasannya sampai SMP, SMA, atau sampai perguruan tinggi. Mencari ilmu itu
harus terus berjalan tidak ada batasan sampai kita di liang kubur.
Pertanyaan:
1. Hidup
adalah kontradiksi. Bagaimana cara kita agar kontradiksi itu membuat kita tetap
bersyukur?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar