Kamis, 17 Januari 2013

IKHLAS DALAM BERPIKIR Nafian Nurul Aziz (09301249005)



Ilmu merupakan pegangan untuk menembus ruang dan waktu. Karena ilmu yang menunjukkan tingkat derajad manusia. Ilmu ikhlas hanya ada pada diri kita masing-masing di karenakan pengalaman yang berbeda-beda. Pengalaman hidup menciptakan psikologi diri yang tingkatannya berbeda tergantung seberapa berat ujian yang dijalani seseorang. Ikhlas itu ada bermacam-macam diantaranya Ikhlas dalam berpikir dapat mempermudah masuknya pengetahuan yang didahului dengan ikhlas dalam bertanya, ikhlas menerima keadaan. ikhlas adalah anti-tesis dari prejudice, sedangkan prejudice adalah pengetahuan itu sendiri. Kenyataan merupakan yang ada dan yang sudah dijalani. Kenyataan terbesar adalah kita diciptakan sebagai manusia yang diberi akal, pikiran dan nurani. Bersyukur merupakan jawaban kita terhadap nikmat yang luar biasa yang selalu dilimpahkan kepada kita. Bersyukur merupakan salah satu dari ungkapan diri untuk menerima nikmat yang diberikan. kesempatan itu tidak datang dua kali. dan kita, harus memanfaatkannya ketika ia datang, dg sebaik-baiknya. hati adalah pangkal dari akhlak yang menentukan siapa kita. jika hati kita baik, maka baik pula akhlak kita. tetapi jika ia buruk, maka seperti itulah akhlak kita.
Ada kisah Rosululloh dan para sahabat ketika berkumpul. Ada sahabat yang bertanya kepada Rosululloh “bagaimana sebenar-benarnya wajah Rosululloh?’’ kemudian Rosululloh menjawab” jika engkau mau melihat wajahku, tengoklah lubang telinga anakku”. Maka para sahabat satu persatu berdiri dan melihat lubang telinga anak Rosululloh. Dan apa yang dilihat semua gelap tidak ada apa-apa. Sampai yang terakhir salah satu sahabat Rosululloh yaitu Abu Bakar. Abu Bakar tidak mau melihat lubang telinga anak Rosululluh, kemudian Rosululloh  bertanya kepada Abu Bakar, “ wahai Abu bakar kenapa engkau tidak mau menengok telinga anak saya?” Abu Baka menjawab “ wahai Rosululloh ampuni aku untuk mengatakan yang sebenar-benarnya yang ada pada diriku, perkenankanlah aku menyampaikan ketika aku mandi, ketika aku makan, ketika aku bepergian, ketika aku berpidato dll, sesungguhnya aku melihat wajahmu ya Rosululloh, kemudian Rosululloh menjawab” ya itu jawaban muridku yang paling cerdas” kemudian Rosululloh mengatakan kepada para sahabat “ wahai para sahabat jika engkau mau melihat wajahku maka bergurulah kepada Abu Bakar”. Cerita tersebut merupakan spiritual pada diri kitasebagai perenungan percaya akan adanya Rosululloh. Jika kita analisis dari Abu Bakar merupakan cahaya Nur Muhammad dan setiap jamannya akan ada satu guru spiritual.
 Jika kita inginmeningkatkan keimanan pada Alloh SWT hendaknya kita mempunyai guru spiritual. Dan hendaknya kita tidak menunggu adanya guru spiritual tetapi hendaknya kita yang mencarinya. Manusia hidup membutukhan orang lain karena tidak bisa hidup sendiri. Alloh menciptakan makhluk berpasang-pasangan. Jika sudah saatnya hendaknya mencari pasangan untuk menyempurnakan hidup kita, membatu segala urusan, saling melengkapi setiap kekurangan.
Berpikir itu menunjang keimanan, tetapi untuk beriman tidak cukup dengan berpikir. Karena iman itu domainnya adalah hati. Dari sumber yang bisa dipelajari nur Muhammad adalah awal penciptaan makhluk. Kemudian nur Muhammad disuruh membaca dzikir sampai seratus tahun. Setiap tetes keringatnya terciptalah arwah para nabi,  terbentuknya makhluk dari yang baik dan yang buruk, terbentuknya benda-benda di muka bumi dll. demikian jika kita mau menspiritual adanya dunia ini secara normativ. Nilai ibadah itu meliputi yang ada dan yang mungkin ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar